Dialog

Hanya ada dua orang disebuah ruangan berlentera
Satu orang dewasa dan satu orang anak kecil
Keduanya duduk berhadapan dan sama-sama diam,
Sebelum akhirnya yang lebih tua membuka suara.

"Aku ingin kembali ke masa mu." Ujarnya dengan suara putus asa. Seolah dunianya sekarang amat tersiksa, seolah tak ada jeda untuk sang raga.

Yang lebih muda tertawa, "bukannya dulu kamu ingin cepat dewasa? Mengapa sekarang ingin kembali ke masa-ku? Masa yang tidak mungkin terulang kembali."

Lawan bicaranya menunduk. Membiarkan setetes..

Dua tetes...

Tiga tetes...

... air matanya berjatuhan,

"Bukan kehidupan seperti ini yang ku mau."

"Lalu..  seperti apa? Jika yang kamu bayangkan adalah hidup bebas dengan menjadi dewasa, hidup tanpa tuntutan dan goresan luka dari kenyataan, itu tidak ada. Karna pada dasarnya manusia di ciptakan untuk berusaha, untuk menjadi kuat hingga maju ke tahap berikutnya. Jika kamu kalah maka siap-siap terseleksi oleh alam."

Orang dewasa itu mengetuk-ngetukan kakinya di lantai.

"Tetapi aku tak memiliki alasan untuk bertahan," yang lebih muda tersenyum dan menatap sang lawan bicara.

"Kalau begitu bertahanlah untukmu. Untuk dirimu sendiri. Untuk masa kecil yang belum kamu habiskan untuk bersenang-senang, untuk banyaknya wishlist yang belum kamu penuhi, untuk mendengarkan musik yang disukai, untuk ending Manga yang belum diketahui, dan untuk bahagia di hari tua yang kamu nanti."

Lalu dialog itu berhenti. Seolah sengaja diakhiri, terganti dengan hadirnya cahaya yang menyilaukan mata. 

Semuanya pergi dan hanya menyisakan warna putih yang suci.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekedar kata di pukul tiga

Sebuah pesan sederhana

Disini, dipinggiran ibu kota