Postingan

Sebuah pesan sederhana

Deretan kalimat ini sengaja saya torehkan untuk menghapus bayang-bayang yang terus menghantui, Untuk kata yang belum sempat terucap sebab terkikis waktu Mungkin hanya kata sederhana, Yang akan kau lupa setelah dibaca Tak apa,  Saya tak memaksa Dari lubuk hati saya ucapkan Terima kasih yang mendalam, teruntuk kalian yang telah hadir dalam proses saya. Terimakasih, ya! Telah membantu membentuk pribadi saya menjadi lebih baik Terima kasih untuk banyaknya warna yg kalian lukis Senang mengenal kalian, Sampai berjumpa di takdir tuhan berikutnya

Sederet kata

 Hii apa kabar ? Lama tak bercuap, sesibuk itu yaa dunia mu sekarang Gadis kecil berusia 5 tahun di masa lalu pasti akan bangga melihatmu berkembang, Sebentar lagi, mencapai tujuan. Berapa persentase progress yang sedang kamu kerjakan? Apakah berjalan lancar? Selamat berjuang, Jangan berhenti di tengah jalan, okay? Senang sedang menunggumu di ujung sana

Disini, dipinggiran ibu kota

Masih sama seperti biasanya, Hiruk pikuk ibukota yang memuakkan Polusi udara semakin menebal Dan para manusia yang acuh akan sekitar Bohong Bohong jika mereka senang Sebab mereka hanya mencoba bertahan, Untuk hidup yang tenang Rintik gerimis yang turun membasahi bumi seakan menjadi saksi dari pengorbanan setiap insan. Aroma petrichor menguar dari sudut kota. Kendaraan tetap berlalu lalang Klakson di jalan terus bersahutan Seolah hidup dipinggiran memang tak dipedulikan Mesin print masih bersuara Suara-suara ketikan dari komputer terus bergema Manusia itu sibuk. Super sibuk yg bahkan melewatkan jam makan Rasa sakit yg tak dipedulikan Karna takut akan kehilangan Hidup diperantauan memang menyakitkan Dituntut kuat oleh keadaan Jika tak tahan akan terasingkan Terseleksi oleh sang alam Mungkin bukan hanya satu dua orang yang memilih menyereh Namun tak sedikit pula yang akhirnya mencapai kejayaan Jangan bersedih, Sekalipun ujungnya bukan suka yang kau dapat Sekalip

Konjungsi tanpa tema

Jika kau berada di jarak terdekat dengan bintang, Katakan sebentar lagi aku akan mencapainya Jika kau bisa melihat cahaya yang terang benderang Katakan sekejap lagi aku akan sampai Jika kau bisa menggapainya,  katakan bahwa sebentar lagi aku akan melakukan hal yg sama. Mungkin bukan hari ini, Bukan juga esok hari, Namun suatu hari nanti. Disaat lelah bukan lagi tentang mengeluh Di detik detik antara jeda 1 dan 2 Senyuman tulus terpatri diwajah Sebuah pengorbanan akan terbalaskan Dan itu pasti.

Dialog

Hanya ada dua orang disebuah ruangan berlentera Satu orang dewasa dan satu orang anak kecil Keduanya duduk berhadapan dan sama-sama diam, Sebelum akhirnya yang lebih tua membuka suara. "Aku ingin kembali ke masa mu." Ujarnya dengan suara putus asa. Seolah dunianya sekarang amat tersiksa, seolah tak ada jeda untuk sang raga. Yang lebih muda tertawa, "bukannya dulu kamu ingin cepat dewasa? Mengapa sekarang ingin kembali ke masa-ku? Masa yang tidak mungkin terulang kembali." Lawan bicaranya menunduk. Membiarkan setetes.. Dua tetes... Tiga tetes... ... air matanya berjatuhan, "Bukan kehidupan seperti ini yang ku mau." "Lalu..  seperti apa? Jika yang kamu bayangkan adalah hidup bebas dengan menjadi dewasa, hidup tanpa tuntutan dan goresan luka dari kenyataan, itu tidak ada. Karna pada dasarnya manusia di ciptakan untuk berusaha, untuk menjadi kuat hingga maju ke tahap berikutnya. Jika kamu kalah maka siap-siap terseleksi oleh alam." Orang dewasa itu m

Sampah manusia

Ini hanyalah sebuah kiasan tanpa makna Sederet aksara yang sengaja ditorehkan lewat goresan pena Di siang hari dengan teriknya sang mentari Hari ini masih sama seperti biasanya, Ibukota yang dipenuhi polusi udara Juga kebisingan dari knalpot yang tak berhenti bersuara Berisik. Disamping itu, para manusia berjalan pontang panting mengasongkan tangan Berserak memenuhi kota Seakan alur hidupnya tak bisa diubah, Seolah hanya mereka yang berada di titik terendah dan akhirnya memilih menyerah Berharap ada yang mengasihani Berharap ada keajaiban untuk sesosok manusia yang malang Namun sayang, itu hanya angan dari seorang pecundang Kenapa?  Kenapa memilih pasrah  Alih alih mencoba untuk berusaha. Toh gagal sekali dua kali bukan patokan untuk berhenti berjuang Jangan... Jangan jadi sampah di antara tumpukan sampah Jangan jadi tunas yang buruk, Jangan menambah polusi untuk bumi yang sudah mengerut Apapun, percayakan satu hal Kamu bisa jika mau berusaha.

Mungkin... sebentar lagi

Angin berhembus dengan tenang Menerbangkan helai rambut panjangnya yang sengaja di gerai Kaki jenjangnya menyentuh hamparan pasir di tepian pantai Dia sendirian, Hanya ditemani langit malam yang gelap tanpa rembulan Ombak berkejaran Seakan berlomba-lomba menghampirinya Sebentar lagi... Sebentar lagi ia akan sampai Dia terus berjalan Mendekati pantai dengan pikiran yang berkelana entah kemana Sebentar lagi... Sebentar lagi akan selesai Pantai itu tenang. Baginya pantai adalah teman cerita Teman yang tak akan pergi Walau tau ia tak sempurna Walaupun ia banyak kurangnya Walaupun ia tak pantas di sebut manusia Sebentar lagi... Sebentar lagi ia akan bebas.